Tragedi Ponpes: Lengan Hilang, Mukjizat Datang!

Tragedi Ponpes: Lengan Hilang, Mukjizat Datang!

Lentera Pos- Kisah pilu Nur Ahmad, seorang santri Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, menjadi sorotan usai mengalami kejadian nahas yang mengubah hidupnya secara drastis. Saat tengah khusyuk menunaikan salat Asar pada Senin (29/9) sore, musala tempatnya beribadah tiba-tiba ambruk, merenggut lengan kirinya dan hampir merenggut nyawanya.

Ahmad, yang saat itu berusia 16 tahun, tak menyangka rakaat kedua salatnya akan menjadi momen yang mengerikan. Gemuruh dahsyat dan reruntuhan beton seketika menghantam tubuhnya, menjebak tangannya di antara puing-puing bangunan. Dalam kegelapan dan kepanikan, ia hanya bisa pasrah dan berdoa.

 Tragedi Ponpes: Lengan Hilang, Mukjizat Datang!
Gambar Istimewa : akcdn.detik.net.id

"Rakaat kedua [kejadian bangunan ambruk]. Langsung jatuh [betonnya]," ujar Ahmad, saat ditemui di RSUD RT Notopuro Sidoarjo, beberapa hari setelah kejadian. Ia tak berdaya menyelamatkan diri, tangannya tertimpa beton berton-ton. Dalam kondisi tiarap, ia melihat teman-temannya berusaha menyelamatkan diri, namun ia hanya bisa berteriak meminta tolong di tengah rasa sakit yang tak tertahankan.

COLLABMEDIANET

Berjam-jam Ahmad terperangkap dalam reruntuhan, dari sore hingga malam. Hingga akhirnya, doanya terjawab. Suara petugas evakuasi merespons teriakannya. Namun, pertolongan itu datang dengan harga yang mahal. Lengan kirinya remuk tertimpa beton, dan tim medis harus mengambil keputusan berat: amputasi.

Dokter Larona Hydravianto, seorang spesialis ortopedi dan traumalogi RSUD RT Notopuro Sidoarjo, menyadari bahwa menyelamatkan nyawa Ahmad adalah prioritas utama. "Ada prinsip, life saving is number one. Jadi kita harus nyawa itu menjadi prioritas pertama, dibanding kita harus menyelamatkan anggota tubuhnya," jelasnya.

Tim medis menjelaskan kondisi tersebut kepada Ahmad, dan dengan tenang, ia menerima kenyataan pahit itu. Operasi amputasi darurat dilakukan di lokasi kejadian. Setelah berhasil dikeluarkan dari reruntuhan, Ahmad segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.

Direktur Utama RSUD RT Notopuro, dr. Atok Irawan, menjelaskan bahwa amputasi terpaksa dilakukan di bawah reruntuhan agar Ahmad bisa segera ditolong dan dievakuasi. Meskipun keluarga sempat memprotes karena merasa tidak dimintai persetujuan, pihak medis berhasil menjelaskan situasi darurat yang ada.

Kisah Nur Ahmad menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Meski kehilangan lengan kirinya, semangat hidup dan keteguhan imannya patut diacungi jempol. Ia adalah bukti bahwa di tengah tragedi, selalu ada harapan dan mukjizat yang menanti.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikuti kami :

Tinggalkan komentar