Lentera Pos- Direktorat Siber Polda Metro Jaya berhasil membongkar sindikat penipuan daring internasional yang menyasar pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN). Dua tersangka, EC (28) dan IP (35), telah ditangkap, namun otak pelaku utama, AN (29), masih buron dan diduga bersembunyi di Kamboja. Kasubdit IV Ditressiber Polda Metro Jaya, Kompol Herman Eco Tampubolon, menegaskan bahwa surat Daftar Pencarian Orang (DPO) untuk AN telah diterbitkan. Modus operandi yang digunakan sungguh licik dan memanfaatkan kepercayaan para korban yang sebagian besar berusia lanjut.
Para pelaku dengan lihai menyamar sebagai petugas PT Taspen melalui pesan WhatsApp. Mereka menginformasikan adanya pembaruan data yang mengharuskan korban mengakses tautan (link) berisi aplikasi berformat APK. Setelah korban mengunduh dan menginstal aplikasi tersebut, data pribadi, termasuk sidik jari, foto, dan video selfie, diekstrak. Tak hanya itu, korban juga diminta mentransfer sejumlah uang sebagai biaya materai. Setelah data tercukupi, rekening korban langsung dibobol, dan dana ratusan juta rupiah raib tanpa jejak. Salah satu korban mengalami kerugian hingga Rp304 juta.
Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak, menjelaskan bahwa kasus ini termasuk tindak pidana illegal access dan pemindahan sistem elektronik tanpa izin. Ia menekankan bahwa para pelaku mengincar korban lansia (di atas 60 tahun) karena dianggap lebih mudah dimanipulasi. Polda Metro Jaya saat ini tengah bekerja sama dengan berbagai instansi terkait untuk memburu AN dan mengungkap jaringan kejahatan siber transnasional ini lebih lanjut. Penyelidikan mendalam terus dilakukan untuk mengidentifikasi potensi korban lain dan mengungkap seluruh jaringan pelaku. Kasus ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat, khususnya para lansia, untuk selalu waspada terhadap modus penipuan online yang semakin canggih dan terorganisir. Jangan mudah percaya pada pesan yang tidak jelas sumbernya dan segera laporkan ke pihak berwajib jika mengalami hal serupa. Pentingnya edukasi dan literasi digital bagi masyarakat menjadi kunci utama dalam mencegah kejahatan siber serupa terulang kembali.
Tinggalkan komentar