Lentera Pos- Kabar duka menyelimuti Keraton Surakarta Hadiningrat. SISKS Pakubuwono XIII Hangabehi telah berpulang, dan peristirahatan terakhirnya berada di kompleks Makam Raja Mataram, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Kompleks ini bukan sekadar pemakaman, melainkan saksi bisu kejayaan dan perpecahan kerajaan Mataram Islam selama ratusan tahun.
Imogiri, yang terletak di Gunung Merak, dikenal masyarakat lokal sebagai Pajimatan, yang berarti "tempat untuk pusaka". Nama Imogiri sendiri berasal dari kata "hima" (kabut) dan "giri" (gunung), melambangkan gunung yang diselimuti kabut mistis.

Sultan Agung, raja Mataram Islam pertama yang dimakamkan di sini, memilih lokasi ini karena kepercayaan Jawa pra-Hindu dan Hindu yang menganggap tempat tinggi sebagai kawasan sakral, tempat bersemayam roh leluhur. Pembangunannya dimulai saat pusat pemerintahan Mataram masih di Kotagede.

Related Post
Arsitektur Imogiri memadukan gaya Hindu dan Islam, terlihat dari penggunaan bata merah tanpa semen yang disusun dengan teknik kuno. Ratusan anak tangga pendek mengantarkan peziarah menuju puncak, di mana tradisi berpakaian adat masih dilestarikan sebagai bentuk penghormatan.
Selain Sultan Agung, tokoh-tokoh penting seperti Sunan Amangkurat II dan IV, Sunan Paku Buwono I hingga XII, serta Sultan Hamengku Buwono I hingga IX juga dimakamkan di sini. Kompleks ini terbagi menjadi tiga kelompok utama: Kedaton Sultan Agungan dan Pakubuwanan (makam raja-raja Mataram sebelum Perjanjian Giyanti), Bagasan-Girimulya (makam raja-raja Surakarta), dan Kaswargan-Saptarengga (makam raja-raja Yogyakarta).
Makam Sultan Agung berada di lokasi tertinggi, melambangkan kedudukannya yang sangat dihormati. Imogiri bukan hanya tempat pemakaman, tetapi juga simbol sejarah, budaya, dan spiritualitas yang kaya.










Tinggalkan komentar